MUAHAHAHAHAHHAA KOCAK BGT NI FANFIC MUAHAHAHAHAHAHAHA ni karya orang lain lho, bkn gw. Cekidot!

-----------------------------------------------------------------------------

Conan menguap lebar. matanya memandang keluar kantor detektif 'Kogoro Tidur'.Langit berwarna biru muda, tanpa awan. cerah. tapi entah kenapa perasaannya justru mendung.
"Tidak ada kasus ya?" suara yang datar tanpa emosi menyentakkan Conan kembali ke alam nyata. Matanya beralih dari warna toska langit ke warna rambut yang coklat kekuningan.
"Ai... ngapain kesini?"
Ai tidak menjawab, hanya berjalan menyebrangi ruangan lalu meletakkan selembar kertas di hadapan conan.
"Apa ini?"
Ai berjalan menuju pintu keluar seolah tak peduli. Namun dia berbalik, saat tangannya memegang kenop pintu. "Baca saja. bukannya kau pecinta sherlock holmes. aku menemukannya di antara sampah di ruang kerja Prof. Agasa. Mungkin kau akan menyukainya. Kasusnya... cukup... menarik"
Dengan berakhirnya kalimat itu, Ai telah keluar seperti angin. meninggalkan Conan serta kertas misterius itu.
"..."
angin berhembus
Conan menyingkirkan keheranannya. Ai sudah misterius dari sananya. dan kali ini dia ... aneh
Dengan enggan, Conan mulai membaca 'sampah kerja Prof. Agasa'. Bibirnya menyunggingkan senyum ketika membaca judulnya.

Sherlock Holmes big case
"Watson!" Holmes berseru tiba-tiba sambil meloncat dari kursi malas. Gerakannya itu membuatku terkejut, padahal selama 3 jam sebelumnya dia hanya termenung diam seperti patung.
"Ada apa?" tanyaku pada Holmes. Aku melihat ekspresi Holmes yang sangat serius. Keningnya mengkerut, matanya menyipit memandang tajam ke arah pintu masuk.
"Dia datang ! Penjahat itu !... Cepat ambil pistol Watson!" perintah Holmes padaku. Aku berjalan menyebrangi ruang tamu kearah meja baca. Dilaci kanan bawah aku mengambil magnum 271 yang telah usang dan mendapatinya terisi 3 butir peluru.
"Bagaimana kau yakin itu dia?"aku memandang heran pada Holmes "Lagipula bagaimana kau tahu dia penjahat?" tanyaku lagi sembari menyerahkan magnum milikku ke tangannya.
" Mudah saja… kau ingat Watson, saat dia pertama kali datang kemari. Waktu itu aku melihat sebuah luka besar dikaki kirinya. Aku yakin dengan luka sebesar itu dia akan berjalan pincang. Nah apa kau dengar langkah pincangnya menaiki tangga?"
Sebenarnya aku tidak mendengar apapun. Tapi untuk menyenangkan hati sahabatku itu aku mengangguk. Holmes melanjutkan penjelasannya.
"Warna kulitnya yang abu-abu ditambah matanya yang sipit membuatku yakin dia bukan asli eropa. Kulitnya yang terbakar terik matahari, postur tubuhnya yang cukup besar, dan baunya yang sangat menjijikkan itu memberikan kunci jawaban darimana dia berasal. Ya Watson aku tahu pasti tempat asalnya yang merupakan tempat asal para penjahat yang selalu merusakkan apa yang ada dihadapannya. Para penjahat yang selalu dibenci. Tempat itu…"
Holmes terdiam, dia menempelkan jari telunjuknya ke bibir, memintaku agar diam, dengan aba-aba tangannya aku tahu bahwa tamu yang tak diharapkan telah ada di depan pintu. Holmes (dengan isyarat) menyuruhku untuk membukakan pintu.
Sebenarnya aku sangat kuatir karena Holmes belum pernah semarah ini sebelumnya. Tapi setelah hampir 12 bulan tidak mendapat kasus dan terus menerus mendapat gangguan dia, Holmes jadi agak gila. Berkali-kali Holmes berjanji akan membunuh dia kalau bertemu lagi.
Perlahan kuputar kunci dan membuka sedikit celah pintu. Aku melirik kearah Holmes . Matanya kini seperti mata seekor elang yang siap menerkam mangsanya, jarinya mulai menarik pelatuk. Aku menarik nafas panjang lalu kutarik daun pintu hingga terbuka seluruhnya. Suara langkah dia yang menyerobot masuk dengan liar dapat terdengar di balik pintu. Lalu …
"DOR!" satu suara letusan pistol menghentikan langkah dia, kemudian terdengar tawa Holmes yang penuh kemenangan karena berhasil membunuh dia. Aku keluar dari balik pintu lalu melihat wajah Holmes yang berseri-seri seperti telah memecahkan sebuah misteri besar.
"Lihat Watson!... Sesuai analisisku…." Holmes memainkan tubuh tanpa nyawa itu. Mayat dia. " Dia memang dari tempat para penjahat besar.. lihat kotoran di kakinya.. dia dari got kota Beker!.. Tikus ini memang penjahat besar!"
Aku menghembuskan nafas panjang. Kurasa sahabatku ini sudah harus pergi ke psikiater.
___________________________________________________
"..."
Conan terdiam, tidak mampu berkata-kata.
sementara itu diluar kantor detektif Kogoro Mouri, Ai tersenyum penuh kemenangan.

Categories:

Leave a Reply

Kamis, 29 Juli 2010

Fanfic lagi... (lagi naksir fanfic gitu tuh)

MUAHAHAHAHAHHAA KOCAK BGT NI FANFIC MUAHAHAHAHAHAHAHA ni karya orang lain lho, bkn gw. Cekidot!

-----------------------------------------------------------------------------

Conan menguap lebar. matanya memandang keluar kantor detektif 'Kogoro Tidur'.Langit berwarna biru muda, tanpa awan. cerah. tapi entah kenapa perasaannya justru mendung.
"Tidak ada kasus ya?" suara yang datar tanpa emosi menyentakkan Conan kembali ke alam nyata. Matanya beralih dari warna toska langit ke warna rambut yang coklat kekuningan.
"Ai... ngapain kesini?"
Ai tidak menjawab, hanya berjalan menyebrangi ruangan lalu meletakkan selembar kertas di hadapan conan.
"Apa ini?"
Ai berjalan menuju pintu keluar seolah tak peduli. Namun dia berbalik, saat tangannya memegang kenop pintu. "Baca saja. bukannya kau pecinta sherlock holmes. aku menemukannya di antara sampah di ruang kerja Prof. Agasa. Mungkin kau akan menyukainya. Kasusnya... cukup... menarik"
Dengan berakhirnya kalimat itu, Ai telah keluar seperti angin. meninggalkan Conan serta kertas misterius itu.
"..."
angin berhembus
Conan menyingkirkan keheranannya. Ai sudah misterius dari sananya. dan kali ini dia ... aneh
Dengan enggan, Conan mulai membaca 'sampah kerja Prof. Agasa'. Bibirnya menyunggingkan senyum ketika membaca judulnya.
Sherlock Holmes big case
"Watson!" Holmes berseru tiba-tiba sambil meloncat dari kursi malas. Gerakannya itu membuatku terkejut, padahal selama 3 jam sebelumnya dia hanya termenung diam seperti patung.
"Ada apa?" tanyaku pada Holmes. Aku melihat ekspresi Holmes yang sangat serius. Keningnya mengkerut, matanya menyipit memandang tajam ke arah pintu masuk.
"Dia datang ! Penjahat itu !... Cepat ambil pistol Watson!" perintah Holmes padaku. Aku berjalan menyebrangi ruang tamu kearah meja baca. Dilaci kanan bawah aku mengambil magnum 271 yang telah usang dan mendapatinya terisi 3 butir peluru.
"Bagaimana kau yakin itu dia?"aku memandang heran pada Holmes "Lagipula bagaimana kau tahu dia penjahat?" tanyaku lagi sembari menyerahkan magnum milikku ke tangannya.
" Mudah saja… kau ingat Watson, saat dia pertama kali datang kemari. Waktu itu aku melihat sebuah luka besar dikaki kirinya. Aku yakin dengan luka sebesar itu dia akan berjalan pincang. Nah apa kau dengar langkah pincangnya menaiki tangga?"
Sebenarnya aku tidak mendengar apapun. Tapi untuk menyenangkan hati sahabatku itu aku mengangguk. Holmes melanjutkan penjelasannya.
"Warna kulitnya yang abu-abu ditambah matanya yang sipit membuatku yakin dia bukan asli eropa. Kulitnya yang terbakar terik matahari, postur tubuhnya yang cukup besar, dan baunya yang sangat menjijikkan itu memberikan kunci jawaban darimana dia berasal. Ya Watson aku tahu pasti tempat asalnya yang merupakan tempat asal para penjahat yang selalu merusakkan apa yang ada dihadapannya. Para penjahat yang selalu dibenci. Tempat itu…"
Holmes terdiam, dia menempelkan jari telunjuknya ke bibir, memintaku agar diam, dengan aba-aba tangannya aku tahu bahwa tamu yang tak diharapkan telah ada di depan pintu. Holmes (dengan isyarat) menyuruhku untuk membukakan pintu.
Sebenarnya aku sangat kuatir karena Holmes belum pernah semarah ini sebelumnya. Tapi setelah hampir 12 bulan tidak mendapat kasus dan terus menerus mendapat gangguan dia, Holmes jadi agak gila. Berkali-kali Holmes berjanji akan membunuh dia kalau bertemu lagi.
Perlahan kuputar kunci dan membuka sedikit celah pintu. Aku melirik kearah Holmes . Matanya kini seperti mata seekor elang yang siap menerkam mangsanya, jarinya mulai menarik pelatuk. Aku menarik nafas panjang lalu kutarik daun pintu hingga terbuka seluruhnya. Suara langkah dia yang menyerobot masuk dengan liar dapat terdengar di balik pintu. Lalu …
"DOR!" satu suara letusan pistol menghentikan langkah dia, kemudian terdengar tawa Holmes yang penuh kemenangan karena berhasil membunuh dia. Aku keluar dari balik pintu lalu melihat wajah Holmes yang berseri-seri seperti telah memecahkan sebuah misteri besar.
"Lihat Watson!... Sesuai analisisku…." Holmes memainkan tubuh tanpa nyawa itu. Mayat dia. " Dia memang dari tempat para penjahat besar.. lihat kotoran di kakinya.. dia dari got kota Beker!.. Tikus ini memang penjahat besar!"
Aku menghembuskan nafas panjang. Kurasa sahabatku ini sudah harus pergi ke psikiater.
___________________________________________________
"..."
Conan terdiam, tidak mampu berkata-kata.
sementara itu diluar kantor detektif Kogoro Mouri, Ai tersenyum penuh kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers